Backpacking ke Negeri Bulgaria

Kota Sofia
Istana Budaya Nasional, Sofia

Negara-negara Balkan mulai membuka pintu bagi pemegang visa Schengen. Walau mereka sendiri belum resmi bergabung dalam daftar negara Schengen.

Salah satunya adalah Bulgaria. Pemilik visa Schengen tipe A dan C serta visa nasional bisa masuk tanpa visa kemari. Maksimal selama 3 bulan dalam kurun waktu 6 bulan. Syukurlah, mengurangi keribetan mengurus visa.

Kesempatan keluarga pelancong mengunjungi negeri ini tiba pada liburan musim gugur tahun 2015. Beberapa waktu sebelumnya, kami mendapatkan tiket pesawat dengan harga lumayan miring untuk empat orang. Tidak sampai 200 euro pp. Sudah termasuk satu bagasi. Dari Wizzair. Maskapai penerbangan murah asal Hungaria.

Wizzair punya banyak rute penerbangan dari Eropa Barat ke Eropa Timur. Kalau ke Bulgaria tujuannya ke kota Sofia saja. Ke Romania, ia terbang ke beberapa kota. Selain itu ada rute ke Polandia, Ukraine, Hungaria, Serbia, Bosnia dan Herzegovina, Slowakia, Makedonia, Moldovia, Siprus, hingga Georgia. Sayangnya rute-rute tertentu hanya bisa dicapai dari kandang Wizzair di Budapest. Ryanair juga ada rute ke Bulgaria. Ke Sofia dari Italia dan UK. Kalau ke Plovdiv dari Jerman dan UK. Bandara yang melayani pun masih sedikit.

Kami terbang dari bandara Frankfurt Hahn ke Sofia. Awalnya mau dari Dortmund yang lebih dekat dari rumah. Pas tiketnya mau dibeli, eh harganya sudah naik signifikan. Syukurlah dari Frankfurt Hahan masih lebih murah saat beli.

Mengapa Bulgaria?

“Mengapa kalian memilih Bulgaria sebagai destinasi liburan?” tanya Queeny, seorang wanita Amerika peserta tur kuliner Balkan Bites kepada Emak suatu siang.

 “Karena kami belum pernah ke sini sebelumnya,” jawab Emak.

“Wow, itu jawaban yang bagus.”

Ya, sebagian alasan kami untuk mengunjungi suatu tempat adalah bukan karena lain hal, tapi karena tempat/negeri itu belum pernah kami kunjungi sebelumnya. Ada orang yang cinta mati dengan satu tempat. Hampir setiap tahun dia berlibur ke sana. Bahkan tinggal di hotel yang sama. Akan tetapi, kami lebih memilih kota-kota atau negara baru untuk dikunjungi. Mau koleksi stempel di paspor juga, seh. *plakkkk* Walau pun paspornya belum punya kaver yang unyu-unyu, seperti yang Emak taksir di toko onlen.

Wisata ke Bulgaria
Kota cantik, Plovdiv

Jadi standar kami dalam memilih destinasi liburan adalah: tempatnya belum pernah dikunjungi, harga tiketnya murah atau sesuai dengan isi kantong lah. Kalau ada tempat sangat menarik tapi harga tiketnya aje gile, maap-maap sajah. Minggir dulu.

Waktu baru masuk di bandara Sofia, Bulgaria, seorang wanita muda menyapa kami.

“Welcome to my country,” katanya sambil menanyakan kami dari mana.

“Semoga kalian menikmati waktu di sini, ya!” lanjutnya sebelum kami berpisah di imigrasi.

Agak lama kami tertahan di imigrasi. Ditanya beberapa macam. Standar lah. Mau ngapain di Bulgaria. Nginep di mana. Bukti pesan penginapan sudah kami cetak. Kami tunjukkan pula tiket kembali ke Jerman. Jebret, stempel Bulgaria pun tercetak manis di halaman paspor kami. Alhamdulillah.

Walau banyak yang terkesan cuek, akan tetapi penduduk Bulgaria ramah-ramah dan membantu ketika ditanya. Kalau pakai bahasa Inggris, sebaiknya bertanya ke warga lokal yang masih agak mudah. Usia di bawah 30-an lah. Kalau generasi lebih tua agak susah berbahasa Inggris.

Selama 5 hari efektif di negeri Balkan ini, kami menginap di Sofia. Menginap di sebuah hostel. Dari sini melakukan day trip ke Biara Rila dan kota Plovdiv, kota terbesar kedua setelah Sofia. Mulanya kami berencana menyewa mobil. Namun karena katanya di Sofia agak horor menyetir dan susah mencari parkir, ya mending jalan kaki dan naik bus kota atau tram saja. Ke luar kota naik bus atau kereta api.

Semuanya mengesankan, penuh dengan pengetahuan baru tentang sejarah, agama, serta kuliner di negeri ini. Sebagai negeri yang pernah beririsan sejarah dengan bangsa Romawi kuno, Turki Usmani, mau pun komunisme Rusia, peninggalan-peninggalan mereka masih bisa kita saksikan hingga kini.

Kesan kami tentang negeri ini, sangat-sangat positif. Hampir tak ada pengalaman tak menyenangkan, kecuali sekali di stasiun kereta api Sofia. Di Sofia, makanan halal tidak terlalu susah ditemukan. Masjid juga ada. Harga makanan, minuman, transportasi, penginapan masih lebih murah dibanding kota-kota besar di Eropa Barat.

Cerita selengkapnya mengenai apa dan bagaimana keluarga pelancong di negeri ini,  in shaa Allah bakal menyusul di edisi berikutnya. hehe.

***

10 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: