Bandara Tegel Berlin

Negara Jerman memiliki lumayan banyak bandara internasional. Eh, sepertinya malah semua bandara sipil melayani rute ke luar Jerman. Bandara-bandara kecil setidaknya melayani rute ke negara-negara tetangga Jerman di Eropa.

Bandara Berlin
Bandara Berlin Tegel (foto dari www.berlin-airport.de)

Bandara-bandara besar melayani rute long haul lintas benua. Ke Asia, Afrika dan Amerika. Di antaranya adalah bandara: Frankfurt am Main, Dusseldorf, Munchen, Hamburg dan Berlin. Beberapa bandara lebih kecil, melayani setidaknya rute penerbangan menuju Afrika Utara atau Timur Dekat.

Selama ini jika mau pulang kampung, keluarga pelancong memilih terbang lewat bandara Frankfurt am Main, bandara paling besar dan ramai di Jerman. Teramai kedua di Eropa setelah bandar Heathrow di London.

Dari rumah kami,  bandara Frankfurt am Main relatif mudah diakses. Baik naik kendaraan pribadi atau dengan kereta api. Jika bisa pakai tiket rail & fly dari maskapai penerbangan yang dipakai, kami pilih naik kereta api saja dari stasiun terdekat. Parkir di sana lumayan mahal. Naik mobil sekitar 2,5 jam. Naik kereta 1,5 jam.

Untuk penerbangan ke sekitar Eropa kami sudah mencoba naik dari bandara Köln, Düsseldorf, Frankfurt Hahn, dan Bremen. Pernah pula dari Maastrich dan Eindhoven di Belanda, serta Charleroi di Belgia. Kali ini, Emak ingin mencoba terbang dari Berlin. Sekalian menyambangi kembali ibukota Jerman.

Sebutan untuk bandara Belrin adalah Berlin-Tegel. Kode bandaranya TXL. Sejatinya ibukota Jerman ini punya bandara baru lebih besar. Seharusnya sudah harus berfungsi beberapa waktu lalu. Sayangnya sedang ada yang dianggap belum laik. Sehingga, waktu pembukaan bandara tersebut, Bandara Berlin – Brandenburg (BRE), harus mundur dari jadwal semula.

Bandara Berlin Tegel lokasinya relatif dekat dengan pusat kota Berlin. Ia bisa diakses dengan bus dari beberapa titik di Berlin. Emak naik bus dari halte di depan stasiun pusat Berlin (Berlin Hbf). Tak lama waktu tempuh dari stasiun ke bandara. Seingat Emak, tidak sampai setengah jam. Apalagi kalau lalu lintas Berlin tidak sedang ramai. Tarif busnya pun murah saja. Tiada tarif khusus. Sama seperti naik angkutan bus dalam kota.

Saat mau terbang, Emak agak lama menunggu di bandara. Sekitar 5 jam. Rencananya mau lama jalan-jalan di pusat Berlin. Cuaca panas cepat sekali menggerogoti semangat dan tenaga Emak. Ya sudah istirahat sambil menunggu terbang di bandara saja. Siapa tahu bisa tidur-tiduran.

Bandara Berlin Tegel nyatanya kecil. Ramai pula. Tahun 2014, bandara ini melayani hampir 21 juta penumpang. Jangankan mau nyari tempat buat istirahat sambil tiduran. Mendapatkan tempat duduk yang agak sepi penumpang saja tidak mudah. Memang sudah sepantasnya jika bandara ini digantikan bandara yang lebih luas dan representatif.

Selagi berjalan mencari tempat duduk, Emak menyapa seorang ibu berwajah Melayu.

“Dari Indonesia?”

“Bukan, Meleisia,” jawab beliau.

Tanpa menunggu lama, si Ibu menurunkan salah satu tasnya di tas bangku. Mempersilakan Emak duduk. Lalu kami pun ngobrol dengan gayeng. Laiknya teman lama. Beliau pertama kali ke luar negeri. Dalam rangka mengunjungi Paris. Lalu ke Rusia. Menghadiri wisuda putrinya yang kuliah kedokteran di Volgograd. Emak sempat mengobrol dengan putrinya. Bertanya tentang kehidupan muslim di negeri tersebut. Lalu bertukar alamat akun di sebuah media sosial.

Seneng banget Emak kalau ketemu teman sekampung atau dari negeri jiran. Jadi bisa menghabiskan waktu tanpa terasa. Ketika si ibu dan keluarganya harus boarding sebab pesawat mereka akan bertolak ke Moscow tak lama kemudian, Emak merasa kesepian lagi. Karena kaki sudah lumayan beristirahat, maka Emak putuskan keliling bandara.

Terminal utama Tegel gedungnya berbentuk heksagonal. Bagian terluar gedung merupakan tempat sandar pesawat. Bandara ini adalah pusatnya maskapai Air Berlin. Yang banyak melayani rute dalam Jerman dan regional Eropa. Di area publik terdapat beberapa kios penjual makanan minuman ringan, beberapa resto serta toko kecil yang juga menjual mainan anak dan suvenir. Agak lama Emak mengamati aneka mainan. Seperti lego dan boneka. Sebelum kemudian beralih ke bagian cinderamata dan membeli sebuah snow ball titipan seorang kawan.

Kelar muter di dalam, Emak keluar terminal sebentar. Ada penjual bratwurst (sosis Jerman) yang pakai gerbong unik. Tiga setengah sebelum pesawat berangkat, orang mulai mengantri dekat konter check in. Tak ada tempat duduk di daerah ini. Emak pilih langsung mengantri saja. Lalu cek paspor di imigrasi, sebelum masuk ke zona transit yang lebih nyaman. Walau masih terbilang nyaman, bandara ini terasa padat. Semoga saat terbang long haul lewat Berlin, bandaranya sudah berpindah ke yang lebih luas dan nyaman.

5 Comments

  • Seneng banget ya mbak… pas di tempat jauh trus ketemu orang yang rasanya ‘deket’ dengan kita, seperti ibu dari Malaysia itu, langsung nyambung ngobrolnya. Btw itu mainan anaknya mihil-mihil pastinya ya.. 😀

  • Mbak mbak, masih ada kontak dengan Ibu melesie nggak? Mau kenalan sama anaknya yang wisuda di Rusia. soalnya mau travelling ke Rusia.

    Mainan anak? hmmm klo minnanya lego najin pasti kalap nih mbak.

  • ira

    @Mbak Dee An: Harga bandara gitu deh, Mbak. Biasanya sedikit lebih mahal dibanding di toko biasa… Tapi ada aja yang beli.

    @Zulfa: isih, Zulfa. Aku koncoan nang fb karo anake. Mengko tak suggest yen butuh…

  • ira

    @Cek Yen: kabarnya banyak lho mahasiswa Malaysia kuliah di Rusia. Itu anaknya mungil banget. Gak nyangka kalau calon dokter.

Leave a Reply

%d bloggers like this: