Eksplor Bazar di Turki

Ini agenda wisata wajib kalau jalan-jalan ke Turki. Blusukan dalam bazar. Bahasa keren dari pasar. Di tiga kota besar yang kami singgahi selama seminggu di Turki, yakni Sakarya, Bursa, dan Istanbul, Emak selalu mampir mengintip suasana pasar di sana. Emak-emak kan selalu pengen tahu isi barang-barang di negeri orang. Pasarlah tempat tepat untuk eksplor hal itu.

Koza Han kota Bursa, Turki
Koza Han kota Bursa, Turki

Pasar di Turki miriplah sama pasar-pasar lainnya. Ada bazar terbuka di pinggir jalan atau tempat mirip lapangan. Atau bazar tertutup di dalam suatu aula luas atau deretan toko di bawah atap. Mereka terbagi dalam kompleks sesuai dengan barang yang dijual. Ada kompleks penjual makanan segar seperti daging, sayur mayur, dan buah, ada kompleks bumbu, karpet, mebel, baju, dan masih banyak lagi. Istanbul sendiri sepertinya kota dengan banyak sekali bazar.

Hanya di Sakarya dan Bursa Emak sempat belanja. Di Istanbul kami terlalu sibuk mengejar target. mendatangi sebanyak mungkin destinasi wisata. Emak membeli zaitun dan bumbu dapur di Sakarya. Sedangkan di Bursa kami belanja pasmina. Ngiler banget melihat pashmina bagus-bagus. Ada yang bisa ditawar ada yang tidak. Ada yang terbuat dari katun dan sutra. Yang berbahan sutra halus sekali saat Emak elus.

Kami membeli beberapa yang berbahan katun maupun sutra. Motifnya cantik. Emak jarang memakai pashmina sebagai jilbab. Namun Embak suka sekali memakainya.

Cerita tentang Bazar Bursa

Ke Turki tak lengkap jika tak mencicipi suasana pasar. Pasar Mesir dan Pasar Besar di Istanbul sudah jadi atraksi wisata tersendiri di bekas Konstantinopel. Bursa pun demikian. Keluar kompleks hijau, berderet kios sudah menanti pengunjung.

„Lima lira, lima lira,“ tawaran Mbak penjual kerudung mengagetkan Emak.

Tapi kami terus berjalan, menuju pusat Bursa. Menyusuri Jalan Attatürk. Di sini kita bisa eksplor pasar. Bukan pasar biasa. Butuh berjam-jam jika benar-benar mau melihat semuanya. Pasarnya sambung-menyambung serasa tak berujung. Dia terbagi menjadi banyak bagian. Setiap bagian punya tema barang yang dijual.

Baju dan kerudung, mebel, karpet, buah dan sayuran, aneka macam bumbu, emas, dll. Bersiaplah dengan aneka macam bau dan pemandangan tak biasa. Pun keramaian yang mirip pasar senggol di tanah air di beberapa titik. Di bagian lain terlihat lengang. Sesekali anak muda menyapa. Melihat orang asing, mereka ingin praktik bahasa Inggris. Pertanyaannya tak jauh dari how are you dan where are you from.  Menurut teman, Mbak Nur, harga-harga barang di Bursa lebih murah dibanding Istanbul. Emak membeli beberapa kerudung sutra sebagai buah tangan. Motifnya cantik-cantik. Bahannya sangat halus ketika disentuh.

Bazar tertutup Bursa
Bazar tertutup Bursa

Tempat paling cantik di dalam bazar Bursa menurut EMak adalah Koza Han. Atau dikenal sebagai Bazar Sutra. Bursa sudah sejak lama dikenal akan industri sutranya. Koza Han saat ini berubah menjadi salah satu tempat paling cozy di Bursa.

Ia hanya bisa dimasuki dari satu gerbang. Dari arah bazar. Ada beberapa tempat seperti ini di sekeliling bazar. Namun Koza Han paling memesona. Masuk gerbang, kita akan disambut tea garden luas. Meja bertaplak warna-warni dan bangku plastik tersebar di mana-mana. Rapi. Orang duduk-duduk, sembari minum teh dan menikmati hidangan. Disekitarnya adalah sebuah bangunan batu dua lantai. Berupa toko-toko cinderamata, kerudung, syal-syal sutra. Di tengahnya berdiri sebuah masjid kecil. Di sore hari, ketika lampu-lampu menyala, Koza Han terasa sangat romantis.

Di ujung kompleks besar bazar, terhampar sebuah taman. Dimana penduduk lokal duduk-duduk menikmati air muncrat. Pedagang asongan membopong kota dagangan, menawarkan mainan murah, rokok, minuman ringan. Pengemis berkeliaran berburu lira. Di sini pula berdiri masjid tua kota, Ulu Camii.

Dibangun 1399, Ulu Camii merupakan contoh keanggunan arsitektur Usmani lama. Bentuknya sangat berbeda dengan masjid-masjid Istanbul. Yang biasanya punya banyak menara dan kubah-kubah raksasa. Ulu Camii berbentuk persegi, dua menara di sisi dekat bazaar serta 20 kubah kecil. Emak membuka sepatu, membawa masuk, dan menyimpannya di rak-rak di dalam masjid. Tempat wudu tepat di tengah masjid sungguh menarik perhatian. Ia dibuat lebih rendah dari tempat salat, berbentuk kolam keramik nyaris bundar dengan air muncrat di bagian tengah. Tak terlihat dekorasi keramik warna-warni seperti dalam Masjid Hijau. Hiasan dan ornamen sebagian besar berupa kaligrafi dan lukisan di tembok dan pilar-pilar.

14 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: