Kereta Api ke Plovdiv

Bagi para traveler atau backpacker Eropa, Bulgaria sering jadi jalur transit. Dari atau menuju Turki. Negeri ini berbatasan langsung dengan Turki. Para pelancong bisa naik bus atau kereta api dari Sofia ke Turki atau ke negeri-negeri sekitar Bulgaria: Romania, Makedonia, Serbia, dan Yunani.

Beberapa backpacker muda yang kami temui selama di Bulgaria, baik ketemu di hostel atau saat melakukan perjalanan, juga mengunjungi Bulgaria dalam rangka keliling Eropa. Ada yang solo traveling. Ada yang berpasang-pasangan. Yang rombongan bawa krucil contohnya ya keluarga pelancong. Tapi kami dalam rangka single trip sahaja.

***

Naik kereta api di Bulgaria
Bulgarian train

Setelah membeli tiket dan bertemu dengan scammer saat membeli tiket kereta api di stasiun kereta pusat api Sofia, kami berusaha menenangkan diri. Berusaha menikmati perjalanan yang terbentang di depan mata. Kereta api menuju Plovdiv datang. Tak banyak calon penumpang di platform. Sebelum naik, kami meyakinkan diri dengan bertanya kepada seorang ibu tua. Apa benar ini kereta ke Plovdiv. Kami agak-agak lost in translation di Bulgaria. Hampir semua petunjuk tertulis dengan huruf kyrilic. Membaca saja aku sulit, Kakak!

Bentuk gerbong kereta dan interiornya mirip dengan kereta Jerman. Sepertinya memang gerbong bekas dari Jerman. Kami masuk gerbong yang terdiri dari dereta kompartemen. Setiap kompartemen punya enam bangku. Mulanya kami berempat saja. Lalu datang dua orang tua ke kompartemen kami.

Kereta api berjalanan dengan lambat. Sekitar 30 – 40 km per jam. Berhenti di banyak stasiun kecil. Di dalam kompartemen kereta, kami tersiksa panas. Pemanasnya disetel di pusat. Tidak bisa dikecilkan. Sementara jendela tidak bisa dibuka. Sesekali kami keluar kompartemen menghirup udara segar. Asal gak sedang ada orang merokok saja. Meski ada tanda larangan merokok, kami dapati orang merokok di ujung gerbong atau di dalam toilet.

Kami berusaha menaikkan spirit yang agak tenggelam gegara bapak scammer di stasiun tadi. Sambil ngemil, bercerita, dan menikmati pemandangan di sepanjang jalur kereta api. Ada lahan pertanian, sungai, tempat sampah, serta pegunungan di kejauhan.

Belum sampai satu jam kereta berjalan, tiba-tiba, cittttttt, direm mendadak. Bau asap segera menyengat hidung kami. Kereta berhenti entah di mana. Sepertinya di punggung sebuah bukit. Kami menunggu dan menunggu. Tak ada pemberitahuan. Bapak tua di kompartemen kami keluar. Mungkin untuk mencari tahu. Istrinya membagikan biskuit kepada anak-anak.

Sekitar setengah jam kemudian datang beberapa orang berseragam di samping kereta. Berjalan menuju bagian depan kereta. Mereka pemadam kebakaran. Rupanya, memang ada bagian terbakar. Setelah para petugas pergi, kereta belum berjalan juga. Kali ini kami menunggu lokomotif baru buat menarik kereta. Uhhhh, kami telah kehilangan banyak waktu. Padahal di Plovdiv nanti, kami tak punya banyak waktu.

Ketika lokomotif datang, kami dibawa ke stasiun terdekat. kereta ngetem lagi. Lama. Lebih dari dua jam. Banyak penumpang pilih keluar. Merokok, ngopi, atau beli makanan. Kami bertahan di dalam kereta. Memperhatikan suasana di luar sana.

Sebuah perjalanan, walau sudah direncanakan serapi mungkin, selalu saja menimbulkan kejutan. Kadang kejutan menyenangkan, kadang menyebalkan. Ini yang membuat sebuah perjalanan tak terlupakan. Hal-hal ekstrem, tak terduga.

Biar gak bosan di kereta api
Biar gak bosan, main gadget saja

Kami naik kereta karena ingin berhemat. Meski sudah beredar info bahwa kereta api Bulgaria kurang reliable. Dan peristiwa mogoknya kereta di jalur antara Sofia – Plovdiv sudah menghanguskan beberapa jam waktu berharga keluarga pelancong. Akan tetapi, kami pilih untuk tetap berusaha menikmati perjalanan ini. Anak-anak boleh main gadget. Kami membawa hape dan tablet sebagai senjata buat mereka. Menghadapi situasi semacam ini. Kalau bosan, kami main tebak-tebakan. Kesal? Ya jelas sangat kesal. Tapi kami sadar, marah-marah tak bakal memperbaiki keadaan.

Kereta ini kemudian disambung dengan lokomotif lain. Perjalanan pun berlanjut. Rasanya makin lambat saja. Dan ujian kekesalan hari itu belum usai. Kami harus pindah kereta di satu kota. Entah apa. Petugas pemeriksa tiket memberi tahu kami lewat seorang penumpang lainnya dengan bahasa Inggris patah-patah plus bahasa tubuh. Penumpang tersebut memberi tahu. Nanti bareng saya.

Begitulah. Kami, orang asing sendiri. Mati gaya di sebuah stasiun kecil. Hampir setengah jam lamanya. Dipandangi laiknya selebritis dadakan. hihihi. Kereta berikutnya menuju Plovdiv lungsuran juga dari Jerman. Meski di Bulgaria, serasa masih di Jerman saja. Kami pindah tempat duduk. Tercium bau apek, entah dari mana asalnya. Di tempat duduk lain, bau masih tercium, tapi tidak terlalu menyengat. Dan penumpang masih sering merokok di toilet.

Lama-kelamaan, kami bosan juga di dalam kereta. Perjalanan dari Sofia ke Plovdiv, dengan kereta api, normalnya dicapai dalam 3,5 hingga 5 jam. Kami pun tertidur. Emak bangun kaget. Kami berada di sebuah stasiun besar. Ada papan nama kota. Tapi kami tak bisa membacanya. Kami tanya ke penumpang. Eh benar, kami sudah sampai di Plovdiv. Bergegas, kami mengambil barang bawaan. Dan keluar meninggalkan kereta. Tak lama, kereta bernagkat lagi. Menuju kota Varna di tepi Laut Hitam. Alhamdulillah. Kalau ketiduran, entah drama apalagi bakal terjadi pada keluarga pelancong.

Jam 2 siang kami baru sampai di kota terbesar kedua di Bulgaria ini. Seharusnya pukul 10-an kami sudah di sana. Waktu yang kami punya sangat terbatas. Rencana kepulangan kami tunda. Kami naik kereta pukul setengah tujuh malam. Karena kereta ini kereta langsung menuju Sofia. Dan relatif cepat.

Karena sudah membeli tiket pulang kami santai saja. Cuma, petugasnya bilang kudu diverifikasi dulu nanti sebelum berengkat. Dan proses verifikasinya ternyata lama. Padahal kereta kami jadwalnya lima menit lagi. Sport jantung lagi jelang perjalanan pulang.

Kami ke loket biasa. Katanya kudu ke loket informasi. Di loket informasi masih ada pelanggan lainnya di depan kami. Lama lagi. Setelahnya, si ibu di loket informasi, menulisi tiket dan jadwal keberangkatan kami ke Sofia secara manual. Ditulis tangan satu per satu. Lalu disetempel. Alamak. Lari-lari kami ke platform. Untungnya kereta masih berdiri manis di platform. Tapi sudah penuh penumpang. Kami lega, meski harus berdesakan di dalamnya. Biuh… what a day!

Kali ini keretanya terlihat baru. Dan, sekali lagi mirip banget ama kereta Jerman. Semakin lama, kereta makin sepi. Penumpangnya kebanyakan pekerja yang bekerja di Plovdiv. Kami bisa duduk lega. Perjalanan malam buat Emak, lebih membosankan. Di luar gelap pekat. Tak bisa menikmati pemandangan di luar. Kalau bosan, salah satu senjata paling main gadget atau tidur.

12 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: