Mendadak Mudik

Kartu Internet
Nomor perdana

Hidup ini memang penuh dengan kejutan, yah. Merencanakan perjalanan lain jauh-jauh sebelumnya. Eh, jebul batal. Malah mudik seperti Emak.

Alhamdulillah, Emak berkesempatan mudik lagi tahun ini. Semuanya serba mendadak. Antara memutuskan mudik, heboh membeli tiket, dan melakukan perjalanan itu sendiri.

Baru kali ini Emak membeli tiket mudik dalam waktu sangat mepet dengan tanggal keberangkatan. Biasanya, enam hingga empat bulan sebelum hari hari-H, kami sudah memegang tiket. Syukurlah harga tiket menjelang pulang relatif stabil. Dalam artian, masih ada tiket dari beberapa maskapai yang harganya relatif terjangkau.

Setelah menimbang beberapa hal, Emak pilih naik Qatar Airways. Tapi terbangnya dari Berlin. Jauh dari rumah. Akan tetapi tiketnya sudah termasuk tiket kereta api ke Berlin. Sekalian saba ibukota Jerman, lah.

Perjalanan 700 km lebih dari Düren ke Berlin naik ICE ditempuh sekitar 5 jam. Transit sekali di Köln. Enaknya kalau pergi gak di akhir Minggu, keretanya sepi. Cuma rute antara Hannover – Berlin saja yang lebih rame. Selebihnya kereta tampak kosong melompong. Emak gak pesen tempat duduk lagi. Langsung duduk di tempat duduk kosong dan gak ada yang reservasi.

Di Berlin, pas lagi gak puasa. Hari itu panas sekali. Katanya mencapai 30 °C. Emak kulineran dulu di sebuah restoran Indonesia. Lokasinya dekat Turmstrasse. In shaa Allah mengenai resto satu ini bakal Emak bahas secara khusus. Sebelumnya, Emak mengunjungi sebuah museum keren. Sayangnya sebagian Museuminsel Berlin yang kesohor itu sedang direnovasi. Waktu Emak di Berlin sangat terbatas. Kalau sedang buka normal pun tak ada waktu cukup untuk menjelajahinya.

Sore-sore, Emak sudah sampai di Bandara Tegel. Sebuah bandara kecil tapi ramai sekali. Ketemu Encik Malaysia. Melihat seorang berjilbab, Emak langsung SKSD, menyapa.

“Dari Indonesia, Bu?”

“Bukan. Awak dari Melesia.”

Si Encik pindah duduk di dekat Emak. Katanya beliau senang sekali ketemu warga negeri seberang. Aihhh, Emak seneng juga. Kata beliau, sudah bosan berjam-jam duduk menunggu pesawat transit. Beliau sudah melihat orang satu per satu, sapa tahu ada orang dari Malaysia. Tapi gak ketemu sama sekali. Si Ibu ini asyik sekali diajak ngobrol. Orangnya suka mbanyol. Cocok sama Emak. hehehe. Ternyata beliau sedang hendak ke Volgograd, mengantar putrinya yang mau wisuda dokter di Rusia Setelah menempuh studi enam tahun lamanya. Sebelumnya mereka jalan-jalan dulu ke Paris.

Emak sempat juga mengobrol sama putrinya yang dokter tersebut. Mashaa Allah, penampilannya humble banget. Gak keliatan banget kalau calon dokter. Emak korek-korek juga informasi mengenai studi dan hidup sebagai muslim di Rusia. It’s not that bad, katanya. Apalagi di Moskow. Dah lumayan banyak muslimnya.

Akhirnya jelang berpisah, Emak tuker-tukeran akun fb ama sang putri. kata sang Ibu, Asmah, kalau ke Kuala Lumpur kontak-kontak dan mampir, yah. Nanti kita makan sate kajang yang legendaris.

Wah, tawaran menarik, nih. hihihihi. Semoga ada rezeki bersua kembali sama si Ibu super ramah ini. In shaa Allah.

Perjalanan naik pesawatnya terasa cepat. Karena Emak banyak tidur di pesawat. Sampai Doha terkagum-kagum menyaksikan bandara Hamad yang kini megah banget. Abis itu sampai Jakarta Kamis malam. Keluar imigrasi jam sebelas. Semuanya lancar. Mulai stempel paspor hingga mengeluarkan koper dari ban berjalan dan keluar bea cukai.

Karena pesawat ke Surabaya terbang besok paginya, Emak putuskan menunggu di terminal 2. Gak bisa bobok. Malah ngobrol-ngobrol sama beberapa ibu dari Medan dan Denpasar. Semuanya mau ke Lampung. Lalu sekali lagi tukeran akun fb sama seorang ibu. Alhamdulillah nambah satu teman baru. hehehe.

Pesawat ke Surabaya sempai delay 15 menit. Di pesawat Emak tidur saja. Tau-tau sudah sampai. Disambut udara panas Surabaya. Keluar, banyak tawaran taksi bandara. Atau nomor perdana.

Sebenarnya Emak sudah pengen beli nomor perdana sejak turun di bandara Cengkareng.  Penting banget punya nomor hape yang bisa dipakai menelpon dna internet. Sayang hape dan laptop Emak mati. Abis baterai. Beli pun percuma.

Waktu itu belum Emak putuskan mau naik apa ke Jember. Pengen nelpon travel pun tak bisa. Ada yang menawari travel. Katanya jam sepuluh pagi ada. Akan tetapi, tawaran harganya fantastis. Lebih dari dua kali lipat harga normal. No no no. Langsung Emak putuskan naik bus DAMRI ke arah Bungurasih. Ini kesempatan untuk mencicipi sedikit petualangan. Walau dengan tas koper besar. Pede ajah lagi. Emak berusaha menyeret koper sendiri. Tak menggunakan jasa porter. Tiketnya Rp. 25.000,- sekali jalan.

Terminal Bungurasih lebih kumuh dan ruwet dibanding dulu yang Emak ingat. Apa mungkin karena sedang direnovasi, yah? Mau ke tempat pemberhentian bus ribet banget dengan membawa koper segede gaban ini. Tertatih-tatih, naik turun undakan dan jalan tak ramah koper beroda, sampai juga Emak di dalam bus Patas jurusan Jember. AC tempat duduk Emak rusak. Gak kerasa dingin. Di dalam bus keringetan. But I managed to sleep. A lot. hehehe.

Sampai Jember, terminal busnya makin parah. Maunya Emak naik taksi saja. Turun dari bus, kekeuh gak pakai porter. Geret-geret  koper ke tempat mangkal taksi. Mayan lah 200 meter-an dari tempat turun bus. Jalannya lagi-lagi tak ramah koper. Pas lewat sebuah warung Emak dengar ada yang komentar, “Eh ana TKW soko Hongkong opo Taiwan iki!”

Wkwkwkwkwkwk. Emak ngikik dalam hati. That’s comment of the day!

Sampai di tempat taksi, jederr… mahal juga kalau mau ke rumah.  Ditawar kagak mau. Ya emang mayan jauh jaraknya ke rumah. Emak putuskan naik angkutan kota warna kuning khas Jember. Alias lyn.

Tak sampai semenit kemudian, ada sopir lyn mendekati. Mau nyewa lyn dia, gak? tawarnya. Empat puluh ribu saja. Emak tawar 35 rebu, dikasih. Okelah kita kemon. Petualangan harus dilakukan hingga benar-benar sampai rumah.

Emak itung-itung, ongkos naik bus dari Juanda ke Bungurasih, naik Patas Surabaya – Jember, plus naik lyn terminal Tawang Alun – rumah, gak hemat juga. wkwkwkwkwk. Akan tetapi berton-ton pengalaman dan petualangan selama perjalanan itu benar-benar priceless. 🙂

10 Comments

  • Wowww…kebayang gimana petualangan mudikmu mbaaak. Dari kotamu ke Berlin, melalui beberapa bandara dan melalui beberapa terminal… luar biasa mbak Ira.
    Mungkin itulah sebabnya dikira TKW kali ya, selain geret-geret koper, wkwwk 😀

  • Klo bawa koper segede gaban awal tak sanggup oper bis Dan lyn, klo bekpek an aku suka aku sukaaaa

    Dulu aku dukira TKw, eh kemarin mulai changing SMP juanda, aku dimira make cik malay

    Waktu dibandara aku nggak beli nomer perdana, aku tlp kakakku yg jemput DG Hape orang Baru kenal, hehehe

  • ira

    @Mbak Eky: hehehehehe… iyah Mbak.

    @Zulfa: wah disongko Makcik Malaysia. Gak disongko Mak Kajol, tha?

  • Jadi di situsnya ada penjualan tiket pesawat + keretanya ya mbak? atau dibeli terpisah? keren juga ya.

    Dan bener, ketemu sama orang di negeri orang kayak ketemu keluarga sendiri haha

  • ira

    @Mbak Rien: Bukan kali pertama kok Mbak aku dikira TKW. hehehehe.

    @Cek Yan: iyah banyak maskapai yang beroperasi di Jerman menyediakan tiket pesawat sekaligus tiket kereta api dari stasiun terdekat dengan rumah ke bandara. Praktis banget. In shaa Allah kapan2 aku tulis ttg ini.

  • Duren ki nJerman sebelah ndi mba, utara atau selatan? Adoh e reeekk 700 km. 5 jam ICE-nan yo berarti ncen dahsyat jauhnya 🙂
    hayookk dolan Semarang, Mb Ira… ngko takjajakno tahu gimbal karo taksangoni ganjel rel 😀 😀

  • ira

    @Mbak Uniek: Düren iki sebelah barat Jerman. Berlin nang timur laut. Mayan lah adoh.

    Sayang ra sempat iki Mbak Uniek mampir nang Semarang.

Leave a Reply

%d bloggers like this: