Proses Aplikasi Visa Jepang

Kemarin-kemarin harapannya, bisa ke Jepang tanpa visa. Atau setidaknya udah bisa menggunakan fasilitas visa waiver sebab punya e-passpor. Harapan tinggal harapan.

Ketika membuat visa baru tahun lalu, KJRI Frankfurt di Jerman belum bisa menerbitkan e-paspor. Lha yang di Indonesia saja masih terbatas di kota-kota tertentu saja. Jangankan e-paspor, paspor baru yang gambar bagian dalamnya keren itu juga belum ada. Si Bapak, malah kebagian yang 24 halaman. Ngabisin stok, menurut info resmi mereka. Ya wes lah diterima saja yang ada. Nanti bakal punya epaspor pada waktunya.

Sering kepo grup-grup backpacker itu bikin mupeng. Akhir-akhir ini banyak banget yang share kisah tentang Jepang. Itu kan salah satu destinasi impian Emak? Syukurlah, mungkin pas mbatin, berdoa, diamini malaikat. Kok ya tiba-tiba dapet tiket harga terjangkau. Berapa? Nanti takcritani lagi soal tiket itu kalau dah terbang. hehehe.

Aplikasi visa JepangBelum bisa masuk Jepang tanpa visa, berarti kudu bikin visa dulu. Kalau di Jerman, ada kedutaan dan konjen. Negara bagian NRW, tempat Emak tinggal, urusannya ama konjen Jepang di Dusseldorf. Kota Dusseldorf ini dikenal sebagai kampung Jepang di Jerman. Sebab banyak sekali expat Jepang tinggal di sini. Di Jalan Immermanstrasse, bisa kita temui supermarket, warung ramen, salon, resto Jepang, toko roti Jepang, sekaligus konjen. Kantor konjennya nempel  ama Hotel Nikko.

Emak pun baca-baca persyaratan aplikasi visa. Keliatannya gak susah. Dan mengurus visanya harus datang langsung ke kedutaan atau konjen. Gak bisa dikirim via pos. Tapi kalau visa dah jadi, kita boleh saja minta dikirim per pos. Tapi kudu nyiapin amplop dan perangko balasan sendiri.

Selain Dusseldorf, yang mau bikin visa Jepang di Jerman bisa ke kedutaan di Berlin serta konjen di Frankfurt am Main, Hamburg, atau München. Kita bisa langsung datang di jam buka mereka. Tak perlu bikin janji dahulu.

Di situs milik konjen Jepang di Jerman persyaratan pengajuan visa turis sudah tertulis lengkap. Antara lain:

1. Paspor yang masih berlaku (gak ditulis waktu berlaku minimalnya, tapi mestinya masih berlaku minimal 6 bulan saat kita hengkang dari negara tsb)

2. Bukti izin tinggal di Jerman (Visa Jerman, berbentuk stiker di paspor atau kartu).

3. Formulir aplikasi yang sudah diisi lengkap. Formulirnya tinggal donlot.

4. Satu pasfoto baru, ukurannya 4,5 cm x 4,5 cm

5. Bukti reservasi tiket

6. Bukti reservasi penginapan, kami pakai bukti reservasi Air BnB.

7. Kalau menginap di rumah teman, kudu ada undangan dari teman tsb.

8. Bukti keuangan, rekening koran, surat keterangan gaji. Karena ibu rumah tangga, Emak cuma melampirkan cetakan rekening 3 bulan terakhir.

9. Mahasiswa wajib menunjukkan immatrikulasi yang berlaku.

10. Itinerary

11. Surat keterangan dari suami, bahwa suami yang membiayai perjalanan

12. Buku nikah

Syarat nomor 11 dan 12, sebenarnya tidak masuk di informasi resmi situs. Baru diminta ketika mereka mengetahui status Emak.

***

Aplikasi Visa Jepang di Düsseldorf

Emak dan kawan-kawan janjian bikin visa bareng jelang pertengahan April lalu. Kami naik kereta ke Dusseldorf. Berangkat agak siang. Kalau dari stasiun Düren, sejam perjalanan saja. Gak pakai acara ganti kereta.

Semua dokumen pendukung sudah Emak beberapa kali sebelum berangkat. Di kereta, teman bilang bahwa mereka sudah membeli amplop dan perangko buat pengiriman paspor jika visa kelar. Yaaaa, Emak kagak kepikiran beli. Keluar kereta, Emak beli amplop di toko buku, perangkonya di kantor pos di ujung Immermanstrasse.

Trus temen bilang lagi kalau semua persyaratan mesti difotokopi. Yaaaa, Emak cumak bawa aslinya. Perasaan gak baca peraturan itu di situs konjen Jepang.

“Nanti ajah kalau disuruh fotokopi baru difotokopi, Mbak,” usul seorang teman.

“Iya lah.” Untungnya kemudian  gak diminta fotokopi ama petugas konjen.

Lokasi konjen Jepang gak jauh dari stasiun pusat Dusseldorf. Jalan kaki sekitar 5 menitan. Kami datang 10 menit sebelum pukul satu. Mereka masih istirahat siang. Buka lagi jam 1 teng. Nunggu bentar deh di lobi. Jam bukanya 09:00 – 11:00. Dan 13:00 – 16:00.

Jam satu-an, beberapa orang dah mau masuk. Setiap orang kudu ngebel dulu, ditanyain mau ngapain, baru dibukain pintu. Sama sekali tak ada cek keamanan sebelum masuk konjen.

Masuk, gak nyangka kalau kantornya mini. Ukurannya sekitar 8 x 8 m. Ada dua konter kaca. Kami daftar, masukin dokumen aplikasi masing-masing.

“Tunggu kira-kira setengah jam,” kata ibu petugas.

Kami duduk di sofa kecil, cuma cukup buat bertiga. Sambil memperhatikan sekeliling. Yang rame datang ke sini warga Jepang. Orang Jerman mau jadi turis ke Jepang, bebas visa 90 hari. Yang mau bikin visa Jepang hari itu cuma kami.

Gak sampai setengah jam, satu di antara kami dipanggil. Dikasih surat pernyataan, kalau paspor kami nanti dikirim pakai pos. Lalu nunggu lagi. Ngobrol dengan suara pelan, khawatir menggangu orang-orang di sekitar kami yang sibuk mengisi formulir. Empat puluh menit setelahnya dipanggil lagi. Bayar biaya visa 22 euro (Rp.  328.000,-). Semua dokumen dikembalikan kecuali paspor. Emak dimintai surat keterangan suami ama buku nikah.

“Boleh dikirim lewat email,” kata bu petugas. “Visanya jadi kira-kira dua minggu, yah.”

Menurut keterangan situs, visa emang jadi 5 hari sampai beberapa minggu. Sampai mereka selesai mengecek data-data kita.

Beberapa hari kemudian, Emak kirim surat keterangan dan buku nikah visa email. Eh, lima hari kemudian ditelpon ama bu dari konjen Jepang ke rumah. Katanya Emak belum kirim. Bingung, deh. Emak kirim lagi, trus nelpon mereka. Katanya belum sampai juga.

Pas kirim dari alamat email lain, baru ngeh, kalau datanya kegedean. Kecilin data, kirim. Pas nelpon katanya dah sampai. Dan besoknya, tadaaaaaaaaa, paspor dan visa Jepang dah sampai rumah. Tidak sampai 2 minggu prosesnya. Alhamdulillah.

9 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: