Rombongan Ziarah ke Merkez Moschee, Duisburg

Merkez-Moschee, DuisburgMerkez Moschee, mesjid terbesar keempat dan salah satu terindah di Jerman. Tentu saja, tempat sudi ini menjadi salah satu idaman keluarga pelancong. Kami baru kesampaian mengunjunginya akhir Maret lalu. Rombongan bersama beberapa sahabat keluarga kami.

Ingin mengunjungi banyak tempat setelahnya, kami pergi dari rumah pagi-pagi. Karena masih akhir musim dingin, suhu udara masih sekitar 10°C. Tak terlalu dingin dan cukup enak jika melakukan perjalanan. Menurut ramalan cuaca, hari bakal berangin serta berawan.

Dua jam-an naik kereta api, kami sampai di Duisburg, kota dimana mesjid cantik ini berdiri. Letak mesjidnya masih jauh dari pusat kota. Tepatnya di daerah Marxloh. Kami mesti naik tram nomor 903 jurusan Dinslaken. Turun di halte Heckmann. Letak mesjidnya di Warbruckstrasse, sekitar 10 menit jalan kaki dari halte pemberhentian tram tadi.

Merkez Moschee disebut sebagai salah satu keajaiban Islam di kota Duisburg, negara bagian Nordrhein-Westfalen, Jerman. Berbeda dengan rencana pembangunan mesjid besar di kota Cologne yang penuh kontroversi. Pembangunan mesjid ini berjalan dengan aman dan cepat, empat tahun  lamanya. Dimulai tahun 2004, diresmikan tahun 2008. Emak menilai salah satu faktor kelancaran pembangunan masjid mungkin adalah letaknya yang seperti berada di pusat perkampungan orang Turki. Kami perhatikan sebagian Marxloh dipenuhi toko-toko dan bisnis milik orang Turki.

Dari luar, Merkez Moschee mirip modelnya dengan banyak sekali mesjid Turki lainnya. Minaretnya setinggi 34 meter, kubah perak 23 meter. Dari jauh tak terlihat terlalu wah. Namun makin kami dekati, makin terpancar pesonanya. Di lantai paling bawah berfungsi sebagai kafe. Kami masuk disambut penjaga mesjid yang melihat rombongan kami dengan rasa ingin tahu. Dengan agak enggan, beliau menunjukkan tempat wudhu. Sebagian kami menikmati keindahan interior mesjid.

Tempat wudhu ada di lantai bawah. Dekat dengan ruangan-ruangan mirip kelas atau tempat belajar. Bau cat masih tercium. Di dekatnya ada banyak toilet.

Ruang sholat ibu-ibu terletak di lantai paling atas. Kapasitas ruang sholat bapak-bapak di lantai bawahnya adalah sekitar 800 orang. Ibu-ibu 400 orang. Karpetnya berwarna merah. Tebal dan sangat empuk. Enak buat tidur, kata teman-teman. Lampu-lampu besar tergantung elegan di atap. Ada banyak kaligrafi arab di permukaan lampu tersebut. Demikian pula di permukaan atapnya. Indah sekali. Rasanya damai berada di dalam sini.

Setelah peserta rombongan usai sholat tahiyatul mesjid, kami bergabung di bagian depan. Meneliti buku-buku yang sayangnya mayoritas berbahasa Turki. Keluarga pelancong patungan membeli kristal pajangan bermotif Merkez Moschee. Sedangkan beberapa yang lain membuat cinderamata dari koin.

Kunjungan kami akhiri dengan foto bersama di depan areal mesjid. Ditemani tatapan Bapak penjaga mesjid.

One Comment

  • […] Seorang wanita menunjukkan tempat sholat wanita di lantai dua. Lantai satu adalah tempat sholat utama jamaah pria. Tak seorang pun sholat saat itu. Lantai dasarnya terdiri dari banyak pilar berwarna putih dan coklat. Sedangkan karpet empuknya didominasi warna merah. Lampu-lampu kristal gantung menghiasi atap dan kubah mesjid. Menurut Emak, interiornya lebih sederhana dibanding mesjid besar di Jerman lainnya, Merkez Moschee Duisburg. […]

Leave a Reply

%d bloggers like this: