Bumi Perkemahan Zeeburg, Amsterdam (1)

camping-zeeburgAnak-anak langsung menyukai kegiatan berkemah setelah seminggu di Perancis Selatan. Walau cuaca tak selalu bersahabat sekalipun, hawa dingin juga sempat melanda. Mereka tampak senang-senang saja. Bahkan setelah beberapa lama, mereka mulai menagih janji untuk berkemah lagi.

Selagi hawa masih hangat, mengapa tidak? Sayangnya musim panas tahun ini diwarnai dengan hujan. Lumayan sering. Kami tak bisa berkemah lama. Paling mengambil waktu di akhir minggu. Menunggu cuaca tak menentu, kami putuskan pergi saja, dengan resiko kehujanan. Waktu itu, sudah masuk bulan Juni.

Ada dua pilihan waktu itu. Brussel atau Amsterdam. Ke Brussel, Emak ingin melihat beberapa tempat. Anak-anak tak terlalu bersemangat mendengarnya. Saat menganalisa kemungkinan berkemah di Amsterdam, ada informasi bahwa bumi perkemahan Zeeburg punya persewaan kano dan kayak. Bisa digunakan untuk mengelilingi IJburg. Terdengar asyik. Apalagi kami belum pernah menjajal olah raga air selain berenang sebelum. Tanpa mengecek cuaca, Jumat sore kami bertolak menuju ibukota Belanda.

Non-stop, kami butuh sekitar 2,5 jam dari rumah. Di perjalanan, hujan deras mengguyur jalan tol menuju Amsterdam. Saking derasnya, kaca dalam mobil mengembum dengan cepat. Emak bersiap dengan lap kain di tangan. Setiap kali embun menutup kaca, langsung sigap mengelap. Kami deg-deg-an. Jalan tol walau tidak ramai, tapi mobil relatif banyak di jalanan. Dengan jarak pandang sangat terbatas, Bapak ekstra hati-hati menyetir. Kami sampai hampir salah jalan. Bapak berkonsentrasi memperhatikan jalanan dan kemudi. Emak konsentrasi mengelap kaca mobil. Sampai-sampai lupa memperhatikan GPS. Bapak belok kiri di saat-saat terakhir. Aih… hampir saja harus memutar jalan.

hari masih muram sesampai kami di perkemahan. Anak-anak muda berambut gondrong sedang bertugas menjadi penerima tamu. Dia terlihat sangat ria mengetahui kami dari Indonesia. Sambil mengajak mengobrol, dia memberikan nomor tenda dan tanda parkir mobil. Berharap kami senang berkemah di Zeeburg. Terakhir si Mas lupa dimana meletakkan cetakan tanda bukti pembayaran. “Ah”, katanya dalam nada bertanya. “Indonesia sangat indah dan hangat. Kenapa kalian mau menukarnya dengan tinggal di sini?”

(Bersambung)

One Comment

Leave a Reply

%d bloggers like this: