Interlaken dan Grindelwald (1)

interlakenBern masih saja kelabu ketika kami tinggalkan. Pusat kota Bern tak terlalu berkabut. Begitu masuk ke jalan tol menuju Interlaken, suasana berubah muram. Kabut menghalangi jarak pandang hingga berpuluh meter saja. Danau Thun di sisi jalan menuju kota tersebut terlihat samar-samar saja. Padahal kata Bapak, jika tak berkabut tentu indah sekali berkendara di tepi danau seperti ini. Interlaken berjarak hampir satu jam perjalanan dari ibukota Swiss.

Sesampai di Interlaken, suasana belum jua membaik. Kami sempat kesasar di suatu arena panjat memanjat yang terlihat mengasyikkan. Di musim dingin arena ini tertutup untuk umum. Embak sangat ingin main disana. Terlihat sangat menantang, sebab pohon-pohon untuk dipanjat bisa sampai 20 meter-an tingginya.

Letak geografis Interlaken sangatlah unik. Berada diantara dua danau besar, yaitu Danau Thun dan Danau Brienzer. Dikelilingi tiga puncak gunung terkenal : Eiger, Mönch dan Jungfrau. Diantara kedua danau mengalir Sungai Aare yang membelah kota tersebut. Sebab keunikan letak dan keindahannya ini Interlaken menjadi daya tarik kuat bagi sektor pariwisata. Salah satu penghasilan utama kota adalah sektor ini. Dari Interlaken pula wisatawan melanjutkan perjalanan ke tempat wisata di sekitarnya seperti Grindelwald dan Jungfraujoch. Pegunungan di sekitar Interlaken banyak dimanfaatkan sebagai pusat wisata main ski di musim dingin.

Ketiga puncak terkenal tak tertutup kabut, tak terlihat apa-apa kecuali selaput putih tebal. Kami putuskan melihat biara Interlaken terlebih dahulu. Biara tua ini didirikan sejak tahun 1130 masehi, dan ditutup sejak 1528. Sekarang, entah dimanfaatkan sebagai apa. Sebab bangunan ini masih terlihat kokoh dan terawat. Kami memarkir kendaraan sejenak, memotret biara serta daerah sekitarnya. Saat memotret itulah, sedikit demi sedikit tirai putih penutup pegunungan mulai menipis, lalu terbuka lebar. Hari tampak cerah walau salju tebal menyelimuti kota. Tersibaklah keindahan Interlaken bagai suatu gambar dalam sebuah kartu pos.

Hari mulai senja. Pukul tiga tepatnya. Di musim dingin, kegelapan cepat sekali menghampiri bumi Eropa. Pukul setengah lima, pasti hari sudah mulai gelap. Kami timbang-timbang sejenak. Apakah kembali Zurich, atau malah naik menuju Grindelwald. Keputusan kedua mendapat suara terbanyak. Kalau tak sekarang, kapan lagi bisa mengintip salah satu wilayah ski terkenal di Swiss? Mumpung di Swiss, nih…., kata Bapak. Emak mendukung seratus persen.

One Comment

Leave a Reply

%d bloggers like this: